Sumpah Pemuda dan Bocah Pemberani Asal Tanah Rencong




Sumpah Pemuda selalu mengingatkan saya akan sosok almarhum papa, karena kebetulan beliau lahir di tanggal 28 Oktober. Namun, kali ini tidak hanya sosok pahlawan dalam keluarga kami tersebut yang hadir diingatan saya pada saat peringatan Sumpah Pemuda, tetapi juga seorang bocah pemberani dari Tanah Rencong

Nama yang pasti sudah tidak asing lagi di telinga kawan-kawan sekalian, yaitu Rangga. 
Apa yang ada di pikiran kawan-kawan saat pertama kali membaca atau pun mendengar kisah Rangga dari media massa? 
Miris? 
Saya yakin sebagian besar akan mengucapkan kata tersebut. Saya pun demikian ketika pertama kali mendengar dan melihat berita tentang Rangga di televisi bersama suami. Kemudian spontan pertanyaan ini langsung keluar dari mulut saya kepada suami pada saat itu, "Syahid berarti ya, yang?" Lalu suami saya menjawab, "Insyaallah."

Ternyata hari-hari berikutnya jagat maya ikut ramai membicarakan kisah memilukan dari seorang bocah yang tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk kecil di tengah perkebunan sawit tersebut. Ya, rumah yang ditempati oleh Rangga dan ibunya jauh dari pemukiman warga, kurang lazim rasanya ada rumah di tempat seperti itu menurut saya. Tetapi seperti itulah potret kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Ada yang memiliki rumah bak istana megah yang membutuhkan puluhan orang sebagai asisten rumah tangga guna membersihkan setiap sudut rumah dan ada juga yang harus berbagi satu ruangan kecil bersama seluruh anggota keluarga. Entah apa yang terjadi pada negara yang katanya sudah merdeka selama 75 tahun ini.
 

Profil Rangga Yang Patut Untuk Diteladani Oleh Pemuda 

Dari kisah memilukannya, kita ke profil Rangga yang cukup menarik perhatian saya ketika membaca artikel terkait kasusnya di berbagai media online. Ada kutipan wawancara dengan sang ayah yang tinggal di Medan karena sudah berpisah dengan sang ibu. Fadil, ayah dari bocah mujahid ini mengatakan bahwa Rangga adalah sosok anak yang pintar dan selalu mendapat rangking di kelasnya. Selain itu Rangga juga bisa membaca Al Quran. Masyaallah.. 
Makin pilu hati ini saat tahu bahwa negeri ini sudah kehilangan salah satu calon pemuda terbaiknya. Sangat disayangkan sekali bukan?

Namun, kita tidak boleh menyesali apa yang sudah berlalu karena sudah pasti semua itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Yang seharusnya kita lakukan saat ini adalah mencari cara agar kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Tidak ada lagi nyawa yang harus dikorbankan. Besar harapan kita kepada pemerintah untuk memberikan hunian yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tidak perlu ada lagi warga yang terpaksa membangun gubuk yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Berikan hukuman yang setimpal dan memberi efek jera kepada pelaku.

Hal ini tentu juga tidak hanya menjadi tanggung jawab daripada pemerintah saja melainkan kita semua. Pentingnya bagi orangtua untuk menanamkan nilai-nilai moral dan norma agama semenjak dini kepada anak sehingga tidak tumbuh menjadi seorang kriminal seperti pelaku yang menghabiskan nyawa Rangga sekaligus memperkosa ibunya. 

Kisah dan karakter Rangga hendaknya dapat menjadi contoh bagi para pemuda, generasi penerus bangsa. Di usianya yang masih sangat muda, dengan gagah berani ia membela kehormatan ibunya hingga nyawa pun ia pertaruhkan.

Bagaimana dengan kita? Apa saja yang sudah kita lakukan selama ini untuk menjaga kehormatan orangtua, saudara atau pun bangsa?

Bagaimana dengan kita, yang masih sering merengek hanya untuk meminta dibelikan gadget baru oleh ayah atau ibu yang penghasilannya pas-pasan. Terkadang sebagai anak kita justru membuat malu orangtua karena terpaksa harus meminjam uang ke sana ke mari demi memenuhi keinginan anaknya?

Pemuda hari ini menurut saya sudah sangat pemberani, hanya terkadang keberanian tersebut tidak pada tempatnya bahkan kelewat batas. Gunakanlah keberanian yang kalian miliki untuk membela dan menjaga kehormatan keluarga dan tanah air.

Wahai Pemuda Indonesia, tegakkanlah kebenaran dengan keberanian yang kamu miliki. 
Jangan takut untuk membela sebuah kebenaran, kebenaran hakiki yang bersumber dari Al Quran. Rangga mungkin sangat merasakan ketakutan saat melihat sosok asing yang mengganggu tidur nyenyak ia dan ibunya tetapi ia lebih takut bila kehormatan perempuan yang sudah melahirkannya tersebut direnggut oleh orang lain.

Siapa yang membuat bocah 9 tahun itu menjadi pemberani seketika? Tentu saja hati nurani yang dititipkan oleh Allah swt kepada setiap hambaNya. Hati nurani yang terusik ketika melihat sesuatu yang bertolak belakang dari nilai-nilai moral dan agama.

Terima kasih Rangga, engkau sudah membangunkan kembali semangat berjuang membela kebenaran sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Namamu akan selalu dikenang oleh seluruh penghuni bumi dan langit.


Selamat Hari Sumpah Pemuda! 

Pekanbaru, 28 Oktober 2020











0 Comments