Menanti Dua Garis Biru

Produktif Menanti Garis Biru by Ayadeflorian

Masa-masa penantian memang merupakan masa dimana seseorang rentan galau. Terlebih jika penantian itu diwarnai dengan ribuan pertanyaan 'Kapan ...?' dari orang-orang yang berada di sekitar kita. Kita yang tadinya sudah berusaha untuk bersabar dan ikhlas dalam penantian biasanya akan langsung dibuat jatuh dan baper bila ditanya 'kapan?'

Pertanyaan seperti itu menurut saya kurang etis untuk ditanyakan kepada seseorang. Mungkin ada baiknya kebiasaan bertanya: Kapan wisuda? Kapan nikah? Kapan punya momongan? dan seterusnya tersebut diganti dengan berupa doa: "Semoga kamu segera menyusul, ya." Pastinya itu akan lebih menguatkan pihak sebelah bukan?

Salah satu penantian yang cukup rentan membuat seseorang galau adalah penantian menunggu datangnya buah hati dalam sebuah pernikahan. Meski jarang ditanya kapan punya momongan, seorang perempuan yang sudah berstatus menikah bisa mendadak galau bahkan hanya karena melihat postingan seorang teman yang baru saja melahirkan anak pertama, anak kedua dan seterusnya. Apalagi, jika kita tahu bahwa kita lebih dahulu menikah dibandingkan teman tersebut. Masyaallah itu galaunya bisa sampai nangis dalam hati saking patah hatinya :')

Bila sudah demikian segera lakukan hal-hal di bawah ini:

1. Tutup sosial media untuk sementara

Ya, menurut saya ini adalah langkah awal yang harus diambil jika rasa galau tersebut dipicu oleh sebuah postingan. Karena jika kamu terus-terusan melihat banyak postingan teman tentang kehamilan dan anak maka hal ini hanya akan menimbulkan kesedihan dan ujung-ujungnya jadi membandingkan diri kita dengan orang lain. 'Kenapa ya, dia cepat banget hamilnya? Baru sebulan nikah juga.' 

2. Segera beristighfar

Kenapa istighfar? Karena setelah membandingkan diri kita dengan orang lain, maka biasanya akan timbul rasa curiga dan pikiran negatif kepada Sang Pencipta. Misalnya: "Ya Allah, kenapa aku belum dikasih? Padahal ketaatanku kepadamu jauh melebihi dia, ini gak adil ya Allah."  Astaghfirullahal'adzim jangan sampai punya pikiran seperti itu ya. Semua udah di atur kok sama Allah, bila tidak sekarang, insyaAllah nanti akan ada waktunya.

3. Ikhas dalam kesabaran

Kesabaran membutuhkan sebuah keikhlasan. Sabar tanpa ikhlas itu sama saja bohong. Bila kita sudah ikhlas akan segala ketetapan dari-Nya, insyaAllah kesabaran akan mengiringi keikhlasan tersebut. Sabar itu sulit karena hadiahnya surga, kalau gampang mah hadiahnya piring cantik, hehe.

Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Maka dari itu, kamu hanya harus bersabar setelah melakukan ikhtiar dan doa dilakukan. Serahkan hasilnya pada Allah SWT. Hal ini dengan sendirinya akan memunculkan pikiran positif dalam diri. 

4. Berbicara dengan pasangan

Saat galau menanti momongan, jangan pernah pendam sendiri ya. Ceritakan dengan pasangan tentang apa yang kamu rasakan. Masalah akan terasa lebih ringan jika dihadapi berdua. Bicara dengan pasangan biasanya memberikan kekuatan tersendiri bagi masing-masing orang. Bagi saya sendiri, saat ada masalah atau keresahan dan langsung menceritakannya dengan pasangan memberikan kelegaan tersendiri dan mengembalikan mood yang tadinya buruk jadi lebih baik. 

Selain itu, bicara atau diskusi dengan pasangan juga akan memperkuat rasa kasih sayang satu sama lain, insyaAllah. Setelah itu dengan sendirinya kita akan bersyukur karena memiliki seorang pasangan yang bisa jadi tempat untuk berkeluh kesah, bersyukur bahwa kamu tidak sendiri dalam menghadapi kejamnya pertanyaan dan postingan netizen #eh

5. Mencari kesibukan

Pada poin kelima ini, saya akan mengutip "Sharing Session TJI: Produktif Menanti Dua Garis Biru oleh Kak Miyosi Ariefiansyah".

Dalam sharing session yang diadakan oleh The Jannah Institute pada hari Jumat (20/11/20) lalu, Kak Miyosi berbagi pengalamannya dalam menanti buah hati selama kurang lebih 10 tahun. Bayangkan, 10 tahun? Dan kamu menanti 1 atau 2 tahun saja galaunya minta ampun. Hmmmm..

Kak Miyosi menikah di tahun 2008 pada usia 21 tahun dan baru dikarunia momongan pada usia 30 tahun di tahun 2017. Alih-alih galau memikirkan pertanyaan orang-orang tentang 'Kapan hamil?, Kak Miyosi justru mengalihkan itu semua dengan melakukan berbagai kegiatan positif. Membuat diri menjadi lebih sibuk bagi beliau sangat ampuh dalam mengusir kegalauan.

Mungkin ada juga yang berpendapat, kalau mau hamil ya jangan capek-capek, harus banyak istirahat. Iya, itu juga ada benarnya. Akan tetapi kita tentu lebih tahu batas maksimal dari diri kita, kita juga pasti lebih tahu kapan harus berhenti beraktivitas. Makanya pikiran sepertinya jangan sampai disalah artikan bahwa kita membuat diri ini menjadi capek hingga kelelahan dan mempengaruhi kesuburan. Pastinya bukan begitu kesibukan yang dimaksud Kak Miyosi. 

Hamil adalah sesuatu yang tidak bisa kita pastikan kapan datangnya, sehingga bagi Kak Miyosi ia justru akan lebih stress dan terkompori jika tidak melakukan aktivitas apa-apa dalam penantian tersebut.

Ada pun hal-hal positif yang dilakukan oleh Kak Miyosi dalam penantian buah hati agar tidak baper dan nangis mendengar sesuatu yang berhubungan dengan anak adalah:

1. Bekerja to the max, beliau pernah kerja lepas di 5 tempat sekaligus

Otomatis akan menimbulkan kesibukan hingga tidak ada waktu lagi untuk galau. Pikiran juga dipenuhi oleh pekerjaan. Waktu itu Kak Miyosi bekerja di bidang literasi dan sempat Long Distance juga dengan suaminya yang sibuk bekerja sebagai akuntan di Perusahaan Jepang. 

Bukannya tidak pernah baper saat mendengar teman yang melahirkan bertubi-tubi, kalau sudah begitu kadang kita juga butuh nangis biar lebih lega. 

2. Mbolang (jalan-jalan)

Jalan-jalan juga dibutuhkan untuk mengusir kegalauan. Jalan-jalan membuat kita menemukan banyak hal baru dan juga teman baru pastinya. Ini juga praktis dapat mengusir kegalauan, apapun masalahnya.

3. Berkomunitas

Hampir sama dengan jalan-jalan, berkomunitas juga membuat kita bisa menemukan hal dan teman-teman baru. Apalagi komunitasnya adalah komunitas sesama pejuang dua garis biru. Dalam komunitas tersebut kita bisa saling menguatkan dan sharing tentang keresahan yang dirasakan. 

Di luar hal-hal yang sibuk dan positif yang kita lakukan untuk mengusir kegalauan, kita pastinya juga membutuhkan yang namanya support system agar kesibukan tadi tidak menjadi sia-sia.

Mereka adalah:

1. Pasangan yang santai: Dikasih anak ya alhamdulillah, berdua aja juga gak masalah. Persis seperti di film yang diangkat dari novel best seller berjudul Testpack.

2. Orangtua dan mertua yang selalu mendoakan

3. Saudara-saudara yang 'cuek' tapi diam-diam memberi alamat beberapa dokter kandungan spesialis masalah fertilitas

4. Sahabat dari berbagai arah yang benar-benar mendukung walau hanya sekadar dengan kata-kata atau kalimat nyeleneh:

"Santai aja kali, lo kalau udah jadi emak gak bakalan bisa kumpul-kumpul kayak gini." 

Poinnya adalah di membesarkan hati. Karena saat udah jadi emak pun yang dulunya komen kayak begitu berubah jadi, "Nikmati masa-masa lo jadi emak sebelum anak lo punya kehidupan sendiri dan lo nangis-nangis."


Tanpa support dari orang-orang di sekitar, sungguh kita gak bakal bisa sekuat sekarang karena biar bagaimana pun kita makhluk sosial. Begitu kata Kak Miyosi mengakhiri sharing session malam itu. 

Jadi intinya selain sabar dan sibuk ternyata ada support system juga yang punya peranan besar dalam mengusir rasa galau dalam menanti datangnya buah hati. Jangan lupa untuk terus keep positive thinking terlebih sama Allah SWT. Dia yang mengatur segalanya, Dia yang punya hak atas jawaban dari kapan  tersebut. Mungkin masih ada 'PR' yang harus kita selesaikan terlebih dahulu hingga nanti Allah akan kasih saat kita memang dianggap sudah siap. Aamiin Allahumma Aamiin.







7 Comments

  1. Terima kasih atas remindernya ����

    ReplyDelete
  2. Masyaallah artikelnya. Mengingatkan bahwa semua sudah ada ketentuan dan jalan-Nya.
    Stop asking people that they dont deserve.
    Posisikan diri kita jika sebagai mereka.
    Sabar ada batasnya namun semua akan memberikan hasil yang baik. Insyaallah.

    ReplyDelete
  3. Semoga mereka yang menanti Allah berikan kesabaran. Bukan Allah ga mau ngasih,mungkin Allah ingin pasangan itu lebih mengenal secara mendalam pasangannya, lebih ingin menyiapkan pasangan sebagai orang tua.

    ReplyDelete
  4. "Semoga kamu segera menyusul, ya."

    sebuah perkataan sejatinya adalah doa juga. Tulisan yang bagus.

    mampir ya di web saya www.mediapamungkas.com

    ReplyDelete
  5. Masyah terharu dengan semangatnya
    Bismillah Allah mudahkan kak

    ReplyDelete
  6. Semoga disegerakan apa yang menjadi harapan ya, Mbak. Tetap semangat dan bahagia. Yakin bahwa Allah sayang pada orang-orang yang tak putus berusaha

    ReplyDelete
  7. MasyaAllah. Saya tengah merasakannya. Tapi kunci utamanya bersyukur atas hikmah yang belum kita tau ya mbak. Selain mencari kesibukan :)

    ReplyDelete